Kondisi perkotaan yang buruk di Indonesia merupakan permasalahan
yang signifikan, dimana sekitar 7% penduduk perkotaan hidup dalam
kemiskinan atau sedikit di atas garis kemiskinan.1 Masyarakat miskin
perkotaan cenderung memiliki tingkat pendidikan yang rendah, bekerja di
sektor informal dengan upah rendah, tinggal di perumahan berkualitas
rendah, tidak memiliki jaminan kepemilikan, dan memiliki akses yang lebih
rendah terhadap layanan dasar dibandingkan masyarakat non-miskin.2
Subkelompok masyarakat miskin perkotaan yang sangat rentan adalah
migran perkotaan, pekerja anak, anak jalanan, dan mereka yang tinggal di
permukiman informal.3
Kondisi perkotaan yang buruk di Indonesia mempunyai implikasi
yang signifikan terhadap pendidikan kewirausahaan. Kurangnya akses
terhadap layanan dan sumber daya dasar, ditambah dengan tantangan hidup
di pemukiman informal, dapat mempersulit individu untuk memulai dan
mempertahankan usaha.4 Namun pendidikan kewirausahaan berpotensi
menciptakan lapangan kerja dan merangsang pertumbuhan ekonomi,
sehingga dapat berkontribusi pada pengentasan kemiskinan. Peran mediasi
1 Ratna Dwi Wulandari and others, ‘Hospital Utilization among Urban Poor in
Indonesia in 2018: Is Government-Run Insurance Effective?’, BMC Public Health, 23.1
(2023), 92; Judy L Baker and others, ‘Indonesia-Urban Poverty and Program Review’,
Disclosure, 2013.
2 Baker and others. 113
3 Baker and others. 114
4 Asian Development Bank, Building Resilience of the Urban Poor in Indonesia
(Asian Development Bank Institute, 2022).
2
dari niat berwirausaha telah disorot sebagai faktor kunci dalam hubungan
antara pendidikan kewirausahaan dan pengentasan kemiskinan.5